Monday 14 October 2013

“Pahlawan” yang Dilupakan

tanggal 10 november yang lalu baru saja memperingati hari pahlawan.  tanpa para pahlawan yang pada saat itu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan gigih, pantang menyerah dan rela mengorbankan jiwa raga demi memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia. mengutip kata Bung Karno ” bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya”. sejatinya Indonesia memang telah menghargai jasa para pahlawan, namun hanya sebatas menghargai, hal yang membuat miris adalah ketika para veteran perang (pelaku peristiwa kemerdekaan) yang masih hidup tidak mendapatkan hal yang “layak” di kehidupan yang sekarang. memang sejatinya mereka tidak mengharapkan imbalan, namun apa salahnya mereka memiliki kehidupan yang “layak”. bayangkan saja tak jarang para pejuang yang masih hidup tidak memiliki tempat tinggal yang layak, bahkan tak jarang banyak yang tak memiliki tempat tinggal. seolah nasib para pahlawan ini “tidak diperdulikan” oleh pemerintah. Ketua Umum Korps Cacat Veteran Republik Indonesia (KCVRI) Soepranoto bahkan menyayangkan sikap pemerintah yang seperti ini. beliau mungkin bisa dibilang beruntung dibandingkan yang lain karena bisa tinggal di rumah dinas, sedangkan yang veteran yang lain?
menurut Soeprapto, veteran yang cacat permanen atau kaki terpotong HANYA mendapatkan  Rp 60.000,00 perbulan. apakah tunjangan sebesar itu bisa dikatakan layak?
kita patut mengelus dada bila mengetahui tunjangan yang diperoleh veteran dari negara lain, bagaimana tidak veteran dari negara lain mendapat tunjangan sebesar 10juta per bulan, bandingkan dengan tunjangan yang diterima veteran Indonesia yang sebesar 1,5 juta per bulan.
sungguh memprihatinkan bangsa ini, para pemimpin negeri ini seolah tidak  memaknai perjuangan para pahlawan. setidaknya bila mereka mampu mengerti dan sadar perjuangan serta pengorbanan jiwa, raga, serta harta para pejuang terdahulu, mungkin mereka tidak akan melakukan tindakan korupsi.
semoga kedepan bangsa indonesia mampu lebih memikirkan nasib para pahlawan dan pejuang yang masih hidup serta mampu mengatasi berbagai polemik yang terjadi di Indonesia

Thursday 10 October 2013

Sangkan Paraning Dumadi Manunggaling Kawula Gusti

“kamisayan ingkang makripati, den kasta pamentenging cipta, rupa ingkang sabenere, sinerger bawaneku, urip datan ana anguripi, datan ana rumangsa, ing kahananipun, uwis ana ing salira, tuhu tunggal sasana lawan sireki, tan kena pinisaha. dipun weruh sangkanira uni, tunggal sawang kartining bawana, pandulu lan pamyarsane, wis ana siresku, panduluning sukma sejati, pan datan mawa netra, pamyarsanipun iya datan lawan karna, netranira karnanira kang kinardi, iya aneng sira”
 
pupuh dhandang gula
 
ketika manusia telah mencapai tingkat makrifat, disitu dia akan melihat kebenaran sejati. dimana manusia akan merasakan sangat dekat dengan Sang Maha Pencipta ( Allah )
sebuah petikan yang menyadarkan kita akan Kebesaran Allah, dimana Dia yang menciptakan kehidupan,memberi udara,air,cahaya,menghidupkan yang mati, dsb.
namun terkadang kita sebagai manusia lupa akan itu semua dan kita tak jarang “Sering melupakanNya” dengan kehidupan dunia kita.
Marhaban Yaa Ramadhan
semoga dapat menjadi pembelajaran ke depan untuk lebih mampu menjadi “umat islam sejati” Amiiinn