Thursday 12 December 2013

faktor dalam efektivitas kelompok

o   Faktor Sosial / Psikologis Yang Memperpengaruhi Efektivitas Kelompok :
ü  Anggota yang mempunyai personalitas dominan cenderung akan berpartisipasi secara lebih pula dari kontribusi yang seharusnya dia berikan, sehingga anggota lain tidak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi
ü  Anggota yang berstatus rendah akan mempunyai kecenderungan untuk berbeda pendapat dengan anggota yang berstatus tinggi.
ü  Adanya tekanan dari suatu kelompok tertentu agar anggota kelompok mengikuti dan menuruti aliran dominan dalam kelompok.
ü  Lama – kelamaan kelompok cenderung kehilangan perspektif tugas utama mereka dan akan terlibat pada hal – hal yang tidak begitu penting.
ü  Akan muncul saat dimana adanya suatu kecenderungan kelompok kurang memperhatikan langkah eksplorasi masalah  dan pencarian alternative terbaik. Mereka cenderung terlalu cepat melangkah  kedalam tahap pemilihan alternative.
ü  Kontribusi anggota kelompok secara individu dibatasi oleh keterbatasan mental masing – masing dan miskomunikasi sesama anggota.

o   Usaha untuk meningkatkan efektivitas kelompok
Ada beberapa cara yang ditempuh untuk meningkatkan efektivitas dari kelompok  pembuatan keputusan, antara lain :
§  Ciptakan suasana kondusif  agar anggota kelompok saling mengenal dan memahami watak, sifat dan karakteristik anggota satu sama lain.
§  Usahakan agar anggota kelompok mengikuti rencana awal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
§  Gunakan peragaan informasi ( grafik, label, diagram ) yang menarik, sehingga anggota kelompok akan merasa tertarik dan memperoleh informasi yang diinginkan dengan sejelas – jelasnya.
§  Usahakan tiap anggota kelompok mempunyai dan memperoleh kesempatan yang sama dalam manajemen diskusi yang baik.
§  Tetap menghargai usulan dan saran serta perbedaan pendapat yang mungkin saja terjadi antar anggota kelompok.

Wednesday 11 December 2013

APLIKASI PSIKOSOSIAL DALAM BIDANG KEMILITERAN



 
 
Dalam suatu kehidupan Militer tidak terlepas dari perilaku social. Salah satu perilaku tersebut yaitu situasi kelompok social, dimana kelompok social adalah suatu kesatuan social yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi social yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma – norma tertentu yang khas bagi kesatuan social tersebut.
Situasi kelompok social yang kondusif sangat berpengaruh pada kekuatan dan pertahanan militer. Karena pada dasarnya anggota dari kelompok social memiliki kesadaran yang sama akan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Militer. Adanya solidaritas, saling membantu dan tolong  menolong juga menjadikan antar anggota mempunyai hubungan kerja sama yang erat dalam menjalankan tugas kemiliteran.
Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik antara anggota militer juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar. Dimana secara umum, keputusan berfungsi untuk meramalkan perilaku secara lebih tepat serta dapat menyarankan kepada seseorang untuk mengambil pilihan yang paling tepat.


 
BAB II
STUDI KASUS

KOPASKA TNI AL
Bekuk dan Lumpuhkan Pembajak Kapal
Beringas, ganas dan sadis apa yang dilakukak komplotan bajak laut yang menamakan dirinya “kelompok teratai putih” menggasak dan menghabisi tiga awak kapal KM.Mutiara yang berhasil disandera. Tetapi dengan kesigapan satu tim Kopaska (Komando Pasukan Katak) yang merupakan salah satu pasukan time lit TNI AL dengan siap menyusup dan membekuk bajak laut tersebut dalam waktu singkat. Kejadian tersebut berawal dari tipu daya salah satu dari tujuh anggota kelompok teratai putih yang berpura-pura kapalnya kehabisan bahan bakar “BBM” dan meminta BBM kepada KM.Mutiara. Tanpa diduga mereka berhasil masuk, dan anggota komplotan tersebut langsung menodongkan senjatanya yang berjenis AK 47, tak lama komplotan tersebut berhasil menguasai kapal dan menyerukan perintah berbau ancaman kepada ABK untuk menyerah melalui corong radio komunikasi. Sialnya, tindakan pembajakan tersebut terendus dan sempat dilaporkan salah satu ABK KM.Mutiara melalui alat komunikasi kepada aparat ( Koarmatim TNI AL ). Tak berselang lama datanglah dua tim Kopaska dengan membawa SeaRaider yang langsung bermanuver dengan memutari kapal dan berusaha merapat kedua sisi lambung bagian britan dan member tembakan peringatan. Hal tersebut tak ayal mendapat sambutan yang hangat dari para pembajak kapal dengan memberondong tembakan kearah pasukan TNI AL tersebut. Sehingga kontak senjatapun tak bisa dihindarkan. Namun kejadian ini tak berlangsung lama, sebab tim Kopaska berhasil naik ( ship Boarding ) dan langsung melakukan ship movement.
Selain menggunakan dua seariders, satu tim Kopaska berhasil didaratkan diatas geladak kapal dengan menggunakan lintas heli dan turun dengan tali ( fast rope ), lalu satu tim lainnya didaratkan dengan menggunakan penerjun statis ( terjun Tempur ) sehingga menambah daya gedor serta semakin mengacaukan perhatian dan pertahanan para pembajak. Sementara itu pemimpin komplotan bajak laut masih terus berkoar melalui corong radio komunikasi dengan menuntut uang tebusan 500 juta rupiah dan kendaraan yang tempatnya ditentukan kemudian. Kejadian tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya tim Kopaska secara bertahap berhasil melumpuhkan satu demi satu anggota pembajak, dan akhirnya berhasil menguasai kapal sepenuhnya. Melihat hal tersebut  pemimpin dan salah satu anggota yang menyekap nahkoda kapal KM.Mutiara berusaha melarikan diri  dengan menceburkan dirinya kedalam laut, namun dua orang tersebut juga berhasil ditangkap kembali. Kemudian tim yang lain mengevakuasi nahkoda yang tengah terluka dengan menggunakan heli. Sementara tiga korban tewas lainnya dievakuasi dengan perahu karet.
Itulah scenario latihan yang dijalankan dalam puncak latihan Kopaska TNI AL dengan US Navy Seal yang bersandikan Maritime Interditection Operation yang dilangsungkan di Alur Pelayaran Barat Surabaya ( APBS ) selat Madura dengan KM. Mutiara yang digantikan dengan menggunakan KRI Teluk Ende – 517 yang dipimpin oleh Kolonel Laut Agung Prasetiawan. Puncak latihan tersebut disaksikan langsung ( Dangus Purlatim ) Laksma TNI Soeparno dan Komandan pasukan Katak US Navy untuk Asia Pasific Captain Heron ( Chip Naval Spesial Warefare Unit 1 Asia Pasific ) dan Komandan Satpaska Koarmatim Letkol Laut (E) Muhamad Faisal. Dalam kesempatan tersebut diungkapnya Pasukan Kopaska telah berhasil dengan sigapan dan taktik yang cemerlang membentuk komplotan pembajak. Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa peralatan yang dimiliki oleh Kopaska TNI AL dianggap telah memenuhi standart pasukan katak US Navy dalam operasi yang sama. “saya kagum dan senang dengan apa yang saya saksikan tadi , para prajurit telah menunjukkan kemampuan dan profesionalismenya dengan menjalankan latihan dengan sungguh-sungguh, dari materi yang telah dibahas dipadukan dengan berbagai pengalaman, sehingga terlihat sungguh-sungguh. Mudah – mudahan kedepan latihan seperti ini akan terus berlanjut”. Jelasnya.
Sementara itu Dunguspurlatim mengatakan bahwa latihan seperti itu sudah beberapa kali dilakukan dalam tahun-tahun sebelumnya, sehingga latihan ini merupakan pemantapan yang memadukan teori dan pengalaman antar anggota pasokan katak TNI AL dengan US Navy Seal yang ditunjang dengan peralatan berteknologi tinggi. Selain itu juga dikarenakan kesigapan para anggota kelompok dalam mengambil keputusan yang tepat, tepat dan sempurna yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan misi atau operasi tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

Dari contoh kasus diatas kita dapat melihat bahwa pasukan Kopaska sebagai salah satu pasukan elit TNI AL telah berhasil menunjukkan profesionalisme mereka dalam menjalankan tugas yang mereka emban. Namun, keberhasilan ini tentunya tidak semata-mata karena salah satu dari kepandaian dan kecerdasan seorang anggota saja, akan tetapi berkat peranan semua orang dalam satu tim atau kelompok. Untuk membentuk satu time lit seperti Kopaska yang mempunyai tanggung jawab besar seperti ini tentunya tidaklah mudah. Dari banyak karakter, visi, misi maupun pandangan yang berbeda mereka dipersatukan dalam satu tim yang mempunyai tugas pokok yang sangat berat, diantaranya : Reconnaisace, Beach coercing, Salvage Combat dan raids.
Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik antar anggotanya juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar.  Hal ini bertujuan agar setiap misi dan operasi – operasi militer maupun non militer yang mereka jalankan dapat berjalan dengan baik. Pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan benar  juga diperlukan untuk semua anggota TNI AL bukan semata untuk Kopaska. Pengambilan keputusan ini nantinya akan berdampak bagi penyelesaian masalah yang dihadapi.
Proses pengambilan keputusan tersebut dapat dilaksanakan oleh diri sendiri sebagai decision maker secara pribadi ataupun dapat diambil melalui sebuah proses pengambilan keputusan dalam sebuah kelompok.
Ada beberapa alasan yang menjadi sebab mengapa suatu keputusan biasanya diambil secara kelompok, yaitu ;
Ø  Keterbatasan dari kemampuan manusia sebagai seorang individu
Ø  Efektivitas para pelaksana keputusan yang dibuat tergantung pada seberapa jauh mereka (pelaksana keputusan) menerima keputusan tersebut
Selain itu ada beberapa tugas lain yang diemban para decision maker ( pengambil keputusan ) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah :
·         Menganalisis situasi yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab timbulnya masalah
·         Mengidentifikasi komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria dan situasi masa depan.
·         Mengevaluasi beberapa alternative yang ada
·         Memilih alternative yang terbaik
·         Mewaspadai akan kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan tersebut diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.

Beberapa kebaikan atau nilai lebih yang dapat diperoleh dalam mengambil keputusan secara kelompok, antara lain ;
v  Kelompok mungkin saja dapat mengambil keputusan yang lebih baik dari individu
v  Kelompok akan lebih selektif dalam pelaksanaan keputusan  apabila para anggotanya turut  serta berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
v  Partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu tehnik yang sangat bermanfaat dalam proses pelatihan dan pengembangan wawasan bawahan.
Akan tetapi pengambilan keputusan secara kelompok pun masih mempunyai beberapa kelemahan – kelemahan yang biasanya muncul. Berikut adalah beberapa kelemahan – kelemahan yang biasa muncul dalam proses pengambilan keputusan secara kelompok;
ü  Pengambilan keputusan secara kelompok cenderung memakan banyak waktu dan biaya apabila dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara individu atau perorangan.
ü  Pembuatan keputusan secara kelompok kadang – kadang membuat keputusan yang tidak searah dengan tujuan – tujuan unit organisasi yang lebih tinggi.
ü  Anggota – anggota dari organisasi mungkin mempunyai kesimpulan bahwa mereka akan selalu diikut sertakan dalam setiap pengambilan keputusan.
ü  Adanya suatu ketidakpastian diantara anggota kelompok dapat menyebabkan kelompok tersebut tidak mau membuat atau mengambil keputusan sehingga akan menunda penyelesaian masalah dan dapat menimbulkan perasaan tidak enak terhadap semua anggota.
  • Pedoman dalam menentukan penggunaan Kelompok Keputusan
Dalam menggunakan kelompok, ada beberapa pedoman yang dapat dipakai oleh para anggota kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan akan dapat diterima oleh seluruh anggota. Beberapa pedoman yang dapat dipergunakan :
1.      Kapan dibutuhkan keterlibatan orang lain dalam pengambilan keputusan ?
Ø  Bila ternyata kehadiran orang lain dapat meningkatkan ketersediaan dan pengolahan informasi dalam upaya peningkatan mutu keputusan.
Ø  Bila kesediaan untuk menerima keputusan merupakan hal utama.
Ø  Bila keputusan merupakan sesuatu yang tidak popular serta keterlibatan seseorang ( bawahan ) dapat menyebabkan rusaknya hubungan dia dengan rekan sejawat, maka bawahan tersebut tidak perlu dilibatkan proses pembuatan keputusan.
2.      Kapan staf ahli diperlukan atau diikutsertakan dalam pembuatan keputusan secara kelompok :
Ø  Bila situasi keputusan tidak terstruktur dan interaksi diantara para staf ahli muungkin dapat menjadikan lebih terstruktur.
Ø  Bila keterlibatan para staf ahli dapat meningkatkan motivasi  dan meminimalisasi waktu / biaya yng digunakan.
Seorang pimpinan yang membentuk kelompok untuk membantunya dalam mengambil suatu keputusan, mempunyai tanggung jawab akhir dalam melaksanakan fungsi manajemen suatu organisasi ( planning, organizing, staffing, directing, controlling ) bagi kelompok tersebut.
3.      Kemudian kapankah seseorang pimpinan atau atasan yang membentuk kelompok tersebut harus melibatkan diri dalam kelompok hasil bentukkanya itu ?
Seorang pimpinan harus melibatkan diri kedalam kelompok ketika :
Ø  Tidak ada lagi orang yang mampu memberikan kepemimpinan yang kuat bagi kelompok. Misalny situasi dimana terdapat banyak konflik dan tidak ada yang mampu mengatasinya.
Ø  Bila kelompok selalu memerlukan informasi yang hanya dapat dipenuhi oleh unsure pimpinan itu sendiri.

o   Faktor Sosial / Psikologis Yang Memperpengaruhi Efektivitas Kelompok :
ü  Anggota yang mempunyai personalitas dominan cenderung akan berpartisipasi secara lebih pula dari kontribusi yang seharusnya dia berikan, sehingga anggota lain tidak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi
ü  Anggota yang berstatus rendah akan mempunyai kecenderungan untuk berbeda pendapat dengan anggota yang berstatus tinggi.
ü  Adanya tekanan dari suatu kelompok tertentu agar anggota kelompok mengikuti dan menuruti aliran dominan dalam kelompok.
ü  Lama – kelamaan kelompok cenderung kehilangan perspektif tugas utama mereka dan akan terlibat pada hal – hal yang tidak begitu penting.
ü  Akan muncul saat dimana adanya suatu kecenderungan kelompok kurang memperhatikan langkah eksplorasi masalah  dan pencarian alternative terbaik. Mereka cenderung terlalu cepat melangkah  kedalam tahap pemilihan alternative.
ü  Kontribusi anggota kelompok secara individu dibatasi oleh keterbatasan mental masing – masing dan miskomunikasi sesama anggota.

o   Usaha untuk meningkatkan efektivitas kelompok
Ada beberapa cara yang ditempuh untuk meningkatkan efektivitas dari kelompok  pembuatan keputusan, antara lain :
§  Ciptakan suasana kondusif  agar anggota kelompok saling mengenal dan memahami watak, sifat dan karakteristik anggota satu sama lain.
§  Usahakan agar anggota kelompok mengikuti rencana awal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
§  Gunakan peragaan informasi ( grafik, label, diagram ) yang menarik, sehingga anggota kelompok akan merasa tertarik dan memperoleh informasi yang diinginkan dengan sejelas – jelasnya.
§  Usahakan tiap anggota kelompok mempunyai dan memperoleh kesempatan yang sama dalam manajemen diskusi yang baik.
§  Tetap menghargai usulan dan saran serta perbedaan pendapat yang mungkin saja terjadi antar anggota kelompok.











BAB IV
KESIMPULAN

Keberhasilan dalam suatu kelompok tidak hanya semata – mata karena kepandaian ataupun kecerdasan salah satu anggota kelompok saja, tetapi keberhasilan tersebut dapat tercipta berkat peranan semua anggota dalam suatu kelompok. Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik, antar anggotanya juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar.
Beberapa tugas yang diemban para decision maker ( pengambil keputusan ) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah :
Ø  Menganalisis situasi yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab timbulnya masalah
Ø  Mengidentifikasi komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria dan situasi masa depan.
Ø  Mengevaluasi beberapa alternative yang ada
Ø  Memilih alternative yang terbaik
Ø  Mewaspadai akan kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan tersebut diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.
Jadi, aplikasi psikologi social dalam bidang militer itu sangat penting. Salah satu contohnya yaitu seperti yang telah dibahas mengenai kelompok social dan pembuatan keputusan dalam lingkup kemiliteran.

APLIKASI PSIKOSOSIAL DALAM BIDANG KEMILITERAN



 
 
Dalam suatu kehidupan Militer tidak terlepas dari perilaku social. Salah satu perilaku tersebut yaitu situasi kelompok social, dimana kelompok social adalah suatu kesatuan social yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi social yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma – norma tertentu yang khas bagi kesatuan social tersebut.
Situasi kelompok social yang kondusif sangat berpengaruh pada kekuatan dan pertahanan militer. Karena pada dasarnya anggota dari kelompok social memiliki kesadaran yang sama akan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Militer. Adanya solidaritas, saling membantu dan tolong  menolong juga menjadikan antar anggota mempunyai hubungan kerja sama yang erat dalam menjalankan tugas kemiliteran.
Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik antara anggota militer juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar. Dimana secara umum, keputusan berfungsi untuk meramalkan perilaku secara lebih tepat serta dapat menyarankan kepada seseorang untuk mengambil pilihan yang paling tepat.


 
BAB II
STUDI KASUS

KOPASKA TNI AL
Bekuk dan Lumpuhkan Pembajak Kapal
Beringas, ganas dan sadis apa yang dilakukak komplotan bajak laut yang menamakan dirinya “kelompok teratai putih” menggasak dan menghabisi tiga awak kapal KM.Mutiara yang berhasil disandera. Tetapi dengan kesigapan satu tim Kopaska (Komando Pasukan Katak) yang merupakan salah satu pasukan time lit TNI AL dengan siap menyusup dan membekuk bajak laut tersebut dalam waktu singkat. Kejadian tersebut berawal dari tipu daya salah satu dari tujuh anggota kelompok teratai putih yang berpura-pura kapalnya kehabisan bahan bakar “BBM” dan meminta BBM kepada KM.Mutiara. Tanpa diduga mereka berhasil masuk, dan anggota komplotan tersebut langsung menodongkan senjatanya yang berjenis AK 47, tak lama komplotan tersebut berhasil menguasai kapal dan menyerukan perintah berbau ancaman kepada ABK untuk menyerah melalui corong radio komunikasi. Sialnya, tindakan pembajakan tersebut terendus dan sempat dilaporkan salah satu ABK KM.Mutiara melalui alat komunikasi kepada aparat ( Koarmatim TNI AL ). Tak berselang lama datanglah dua tim Kopaska dengan membawa SeaRaider yang langsung bermanuver dengan memutari kapal dan berusaha merapat kedua sisi lambung bagian britan dan member tembakan peringatan. Hal tersebut tak ayal mendapat sambutan yang hangat dari para pembajak kapal dengan memberondong tembakan kearah pasukan TNI AL tersebut. Sehingga kontak senjatapun tak bisa dihindarkan. Namun kejadian ini tak berlangsung lama, sebab tim Kopaska berhasil naik ( ship Boarding ) dan langsung melakukan ship movement.
Selain menggunakan dua seariders, satu tim Kopaska berhasil didaratkan diatas geladak kapal dengan menggunakan lintas heli dan turun dengan tali ( fast rope ), lalu satu tim lainnya didaratkan dengan menggunakan penerjun statis ( terjun Tempur ) sehingga menambah daya gedor serta semakin mengacaukan perhatian dan pertahanan para pembajak. Sementara itu pemimpin komplotan bajak laut masih terus berkoar melalui corong radio komunikasi dengan menuntut uang tebusan 500 juta rupiah dan kendaraan yang tempatnya ditentukan kemudian. Kejadian tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya tim Kopaska secara bertahap berhasil melumpuhkan satu demi satu anggota pembajak, dan akhirnya berhasil menguasai kapal sepenuhnya. Melihat hal tersebut  pemimpin dan salah satu anggota yang menyekap nahkoda kapal KM.Mutiara berusaha melarikan diri  dengan menceburkan dirinya kedalam laut, namun dua orang tersebut juga berhasil ditangkap kembali. Kemudian tim yang lain mengevakuasi nahkoda yang tengah terluka dengan menggunakan heli. Sementara tiga korban tewas lainnya dievakuasi dengan perahu karet.
Itulah scenario latihan yang dijalankan dalam puncak latihan Kopaska TNI AL dengan US Navy Seal yang bersandikan Maritime Interditection Operation yang dilangsungkan di Alur Pelayaran Barat Surabaya ( APBS ) selat Madura dengan KM. Mutiara yang digantikan dengan menggunakan KRI Teluk Ende – 517 yang dipimpin oleh Kolonel Laut Agung Prasetiawan. Puncak latihan tersebut disaksikan langsung ( Dangus Purlatim ) Laksma TNI Soeparno dan Komandan pasukan Katak US Navy untuk Asia Pasific Captain Heron ( Chip Naval Spesial Warefare Unit 1 Asia Pasific ) dan Komandan Satpaska Koarmatim Letkol Laut (E) Muhamad Faisal. Dalam kesempatan tersebut diungkapnya Pasukan Kopaska telah berhasil dengan sigapan dan taktik yang cemerlang membentuk komplotan pembajak. Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa peralatan yang dimiliki oleh Kopaska TNI AL dianggap telah memenuhi standart pasukan katak US Navy dalam operasi yang sama. “saya kagum dan senang dengan apa yang saya saksikan tadi , para prajurit telah menunjukkan kemampuan dan profesionalismenya dengan menjalankan latihan dengan sungguh-sungguh, dari materi yang telah dibahas dipadukan dengan berbagai pengalaman, sehingga terlihat sungguh-sungguh. Mudah – mudahan kedepan latihan seperti ini akan terus berlanjut”. Jelasnya.
Sementara itu Dunguspurlatim mengatakan bahwa latihan seperti itu sudah beberapa kali dilakukan dalam tahun-tahun sebelumnya, sehingga latihan ini merupakan pemantapan yang memadukan teori dan pengalaman antar anggota pasokan katak TNI AL dengan US Navy Seal yang ditunjang dengan peralatan berteknologi tinggi. Selain itu juga dikarenakan kesigapan para anggota kelompok dalam mengambil keputusan yang tepat, tepat dan sempurna yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan misi atau operasi tersebut.




BAB III
PEMBAHASAN

Dari contoh kasus diatas kita dapat melihat bahwa pasukan Kopaska sebagai salah satu pasukan elit TNI AL telah berhasil menunjukkan profesionalisme mereka dalam menjalankan tugas yang mereka emban. Namun, keberhasilan ini tentunya tidak semata-mata karena salah satu dari kepandaian dan kecerdasan seorang anggota saja, akan tetapi berkat peranan semua orang dalam satu tim atau kelompok. Untuk membentuk satu time lit seperti Kopaska yang mempunyai tanggung jawab besar seperti ini tentunya tidaklah mudah. Dari banyak karakter, visi, misi maupun pandangan yang berbeda mereka dipersatukan dalam satu tim yang mempunyai tugas pokok yang sangat berat, diantaranya : Reconnaisace, Beach coercing, Salvage Combat dan raids.
Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik antar anggotanya juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar.  Hal ini bertujuan agar setiap misi dan operasi – operasi militer maupun non militer yang mereka jalankan dapat berjalan dengan baik. Pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan benar  juga diperlukan untuk semua anggota TNI AL bukan semata untuk Kopaska. Pengambilan keputusan ini nantinya akan berdampak bagi penyelesaian masalah yang dihadapi.
Proses pengambilan keputusan tersebut dapat dilaksanakan oleh diri sendiri sebagai decision maker secara pribadi ataupun dapat diambil melalui sebuah proses pengambilan keputusan dalam sebuah kelompok.
Ada beberapa alasan yang menjadi sebab mengapa suatu keputusan biasanya diambil secara kelompok, yaitu ;
Ø  Keterbatasan dari kemampuan manusia sebagai seorang individu
Ø  Efektivitas para pelaksana keputusan yang dibuat tergantung pada seberapa jauh mereka (pelaksana keputusan) menerima keputusan tersebut
Selain itu ada beberapa tugas lain yang diemban para decision maker ( pengambil keputusan ) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah :
·         Menganalisis situasi yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab timbulnya masalah
·         Mengidentifikasi komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria dan situasi masa depan.
·         Mengevaluasi beberapa alternative yang ada
·         Memilih alternative yang terbaik
·         Mewaspadai akan kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan tersebut diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.

Beberapa kebaikan atau nilai lebih yang dapat diperoleh dalam mengambil keputusan secara kelompok, antara lain ;
v  Kelompok mungkin saja dapat mengambil keputusan yang lebih baik dari individu
v  Kelompok akan lebih selektif dalam pelaksanaan keputusan  apabila para anggotanya turut  serta berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
v  Partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu tehnik yang sangat bermanfaat dalam proses pelatihan dan pengembangan wawasan bawahan.
Akan tetapi pengambilan keputusan secara kelompok pun masih mempunyai beberapa kelemahan – kelemahan yang biasanya muncul. Berikut adalah beberapa kelemahan – kelemahan yang biasa muncul dalam proses pengambilan keputusan secara kelompok;
ü  Pengambilan keputusan secara kelompok cenderung memakan banyak waktu dan biaya apabila dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara individu atau perorangan.
ü  Pembuatan keputusan secara kelompok kadang – kadang membuat keputusan yang tidak searah dengan tujuan – tujuan unit organisasi yang lebih tinggi.
ü  Anggota – anggota dari organisasi mungkin mempunyai kesimpulan bahwa mereka akan selalu diikut sertakan dalam setiap pengambilan keputusan.
ü  Adanya suatu ketidakpastian diantara anggota kelompok dapat menyebabkan kelompok tersebut tidak mau membuat atau mengambil keputusan sehingga akan menunda penyelesaian masalah dan dapat menimbulkan perasaan tidak enak terhadap semua anggota.
  • Pedoman dalam menentukan penggunaan Kelompok Keputusan
Dalam menggunakan kelompok, ada beberapa pedoman yang dapat dipakai oleh para anggota kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan akan dapat diterima oleh seluruh anggota. Beberapa pedoman yang dapat dipergunakan :
1.      Kapan dibutuhkan keterlibatan orang lain dalam pengambilan keputusan ?
Ø  Bila ternyata kehadiran orang lain dapat meningkatkan ketersediaan dan pengolahan informasi dalam upaya peningkatan mutu keputusan.
Ø  Bila kesediaan untuk menerima keputusan merupakan hal utama.
Ø  Bila keputusan merupakan sesuatu yang tidak popular serta keterlibatan seseorang ( bawahan ) dapat menyebabkan rusaknya hubungan dia dengan rekan sejawat, maka bawahan tersebut tidak perlu dilibatkan proses pembuatan keputusan.
2.      Kapan staf ahli diperlukan atau diikutsertakan dalam pembuatan keputusan secara kelompok :
Ø  Bila situasi keputusan tidak terstruktur dan interaksi diantara para staf ahli muungkin dapat menjadikan lebih terstruktur.
Ø  Bila keterlibatan para staf ahli dapat meningkatkan motivasi  dan meminimalisasi waktu / biaya yng digunakan.
Seorang pimpinan yang membentuk kelompok untuk membantunya dalam mengambil suatu keputusan, mempunyai tanggung jawab akhir dalam melaksanakan fungsi manajemen suatu organisasi ( planning, organizing, staffing, directing, controlling ) bagi kelompok tersebut.
3.      Kemudian kapankah seseorang pimpinan atau atasan yang membentuk kelompok tersebut harus melibatkan diri dalam kelompok hasil bentukkanya itu ?
Seorang pimpinan harus melibatkan diri kedalam kelompok ketika :
Ø  Tidak ada lagi orang yang mampu memberikan kepemimpinan yang kuat bagi kelompok. Misalny situasi dimana terdapat banyak konflik dan tidak ada yang mampu mengatasinya.
Ø  Bila kelompok selalu memerlukan informasi yang hanya dapat dipenuhi oleh unsure pimpinan itu sendiri.

o   Faktor Sosial / Psikologis Yang Memperpengaruhi Efektivitas Kelompok :
ü  Anggota yang mempunyai personalitas dominan cenderung akan berpartisipasi secara lebih pula dari kontribusi yang seharusnya dia berikan, sehingga anggota lain tidak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi
ü  Anggota yang berstatus rendah akan mempunyai kecenderungan untuk berbeda pendapat dengan anggota yang berstatus tinggi.
ü  Adanya tekanan dari suatu kelompok tertentu agar anggota kelompok mengikuti dan menuruti aliran dominan dalam kelompok.
ü  Lama – kelamaan kelompok cenderung kehilangan perspektif tugas utama mereka dan akan terlibat pada hal – hal yang tidak begitu penting.
ü  Akan muncul saat dimana adanya suatu kecenderungan kelompok kurang memperhatikan langkah eksplorasi masalah  dan pencarian alternative terbaik. Mereka cenderung terlalu cepat melangkah  kedalam tahap pemilihan alternative.
ü  Kontribusi anggota kelompok secara individu dibatasi oleh keterbatasan mental masing – masing dan miskomunikasi sesama anggota.

o   Usaha untuk meningkatkan efektivitas kelompok
Ada beberapa cara yang ditempuh untuk meningkatkan efektivitas dari kelompok  pembuatan keputusan, antara lain :
§  Ciptakan suasana kondusif  agar anggota kelompok saling mengenal dan memahami watak, sifat dan karakteristik anggota satu sama lain.
§  Usahakan agar anggota kelompok mengikuti rencana awal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
§  Gunakan peragaan informasi ( grafik, label, diagram ) yang menarik, sehingga anggota kelompok akan merasa tertarik dan memperoleh informasi yang diinginkan dengan sejelas – jelasnya.
§  Usahakan tiap anggota kelompok mempunyai dan memperoleh kesempatan yang sama dalam manajemen diskusi yang baik.
§  Tetap menghargai usulan dan saran serta perbedaan pendapat yang mungkin saja terjadi antar anggota kelompok.











BAB IV
KESIMPULAN

Keberhasilan dalam suatu kelompok tidak hanya semata – mata karena kepandaian ataupun kecerdasan salah satu anggota kelompok saja, tetapi keberhasilan tersebut dapat tercipta berkat peranan semua anggota dalam suatu kelompok. Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik, antar anggotanya juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar.
Beberapa tugas yang diemban para decision maker ( pengambil keputusan ) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah :
Ø  Menganalisis situasi yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab timbulnya masalah
Ø  Mengidentifikasi komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria dan situasi masa depan.
Ø  Mengevaluasi beberapa alternative yang ada
Ø  Memilih alternative yang terbaik
Ø  Mewaspadai akan kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan tersebut diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.
Jadi, aplikasi psikologi social dalam bidang militer itu sangat penting. Salah satu contohnya yaitu seperti yang telah dibahas mengenai kelompok social dan pembuatan keputusan dalam lingkup kemiliteran.