Dalam suatu kehidupan Militer tidak terlepas dari
perilaku sosial. Salah satu perilaku tersebut yaitu situasi kelompok social,
dimana kelompok social adalah suatu kesatuan social yang terdiri atas dua atau
lebih individu yang telah mengadakan interaksi social yang cukup intensif dan
teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas,
struktur, dan norma – norma tertentu yang khas bagi kesatuan social tersebut.
Situasi kelompok social yang kondusif sangat
berpengaruh pada kekuatan dan pertahanan militer. Karena pada dasarnya anggota
dari kelompok social memiliki kesadaran yang sama akan tugas dan tanggung jawab
sebagai anggota Militer. Adanya solidaritas, saling membantu dan tolong menolong juga menjadikan antar anggota mempunyai
hubungan kerja sama yang erat dalam menjalankan tugas kemiliteran. Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik
antara anggota militer juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan
cepat, tepat dan benar. Dimana secara umum, keputusan berfungsi untuk
meramalkan perilaku secara lebih tepat serta dapat menyarankan kepada seseorang
untuk mengambil pilihan yang paling tepat.
STUDI
KASUS
KOPASKA TNI AL Bekuk dan Lumpuhkan
Pembajak Kapal
Beringas, ganas dan sadis apa yang dilakukak
komplotan bajak laut yang menamakan dirinya “kelompok teratai putih” menggasak
dan menghabisi tiga awak kapal KM.Mutiara yang berhasil disandera. Tetapi
dengan kesigapan satu tim Kopaska (Komando Pasukan Katak) yang merupakan salah
satu pasukan time lit TNI AL dengan siap menyusup dan membekuk bajak laut
tersebut dalam waktu singkat. Kejadian tersebut berawal dari tipu daya salah
satu dari tujuh anggota kelompok teratai putih yang berpura-pura kapalnya
kehabisan bahan bakar “BBM” dan meminta BBM kepada KM.Mutiara. Tanpa diduga
mereka berhasil masuk, dan anggota komplotan tersebut langsung menodongkan
senjatanya yang berjenis AK 47, tak lama komplotan tersebut berhasil menguasai
kapal dan menyerukan perintah berbau ancaman kepada ABK untuk menyerah melalui
corong radio komunikasi. Sialnya, tindakan pembajakan tersebut terendus dan
sempat dilaporkan salah satu ABK KM.Mutiara melalui alat komunikasi kepada
aparat ( Koarmatim TNI AL ). Tak berselang lama datanglah dua tim Kopaska
dengan membawa SeaRaider yang langsung bermanuver dengan memutari kapal dan
berusaha merapat kedua sisi lambung bagian britan dan member tembakan
peringatan. Hal tersebut tak ayal mendapat sambutan yang hangat dari para
pembajak kapal dengan memberondong tembakan kearah pasukan TNI AL tersebut.
Sehingga kontak senjatapun tak bisa dihindarkan. Namun kejadian ini tak
berlangsung lama, sebab tim Kopaska berhasil naik ( ship Boarding ) dan
langsung melakukan ship movement.Selain menggunakan dua seariders, satu tim Kopaska
berhasil didaratkan diatas geladak kapal dengan menggunakan lintas heli dan
turun dengan tali ( fast rope ), lalu satu tim lainnya didaratkan dengan
menggunakan penerjun statis ( terjun Tempur ) sehingga menambah daya gedor
serta semakin mengacaukan perhatian dan pertahanan para pembajak. Sementara itu
pemimpin komplotan bajak laut masih terus berkoar melalui corong radio
komunikasi dengan menuntut uang tebusan 500 juta rupiah dan kendaraan yang
tempatnya ditentukan kemudian. Kejadian tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya
tim Kopaska secara bertahap berhasil melumpuhkan satu demi satu anggota
pembajak, dan akhirnya berhasil menguasai kapal sepenuhnya. Melihat hal
tersebut pemimpin dan salah satu anggota
yang menyekap nahkoda kapal KM.Mutiara berusaha melarikan diri dengan menceburkan dirinya kedalam laut,
namun dua orang tersebut juga berhasil ditangkap kembali. Kemudian tim yang
lain mengevakuasi nahkoda yang tengah terluka dengan menggunakan heli.
Sementara tiga korban tewas lainnya dievakuasi dengan perahu karet.
Itulah scenario latihan yang dijalankan dalam puncak
latihan Kopaska TNI AL dengan US Navy Seal yang bersandikan Maritime
Interditection Operation yang dilangsungkan di Alur Pelayaran Barat Surabaya (
APBS ) selat Madura dengan KM. Mutiara yang digantikan dengan menggunakan KRI
Teluk Ende – 517 yang dipimpin oleh Kolonel Laut Agung Prasetiawan. Puncak
latihan tersebut disaksikan langsung ( Dangus Purlatim ) Laksma TNI Soeparno
dan Komandan pasukan Katak US Navy untuk Asia Pasific Captain Heron ( Chip Naval
Spesial Warefare Unit 1 Asia Pasific ) dan Komandan Satpaska Koarmatim Letkol
Laut (E) Muhamad Faisal. Dalam kesempatan tersebut diungkapnya Pasukan Kopaska
telah berhasil dengan sigapan dan taktik yang cemerlang membentuk komplotan
pembajak. Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa peralatan yang dimiliki
oleh Kopaska TNI AL dianggap telah memenuhi standart pasukan katak US Navy
dalam operasi yang sama. “saya kagum dan senang dengan apa yang saya saksikan
tadi , para prajurit telah menunjukkan kemampuan dan profesionalismenya dengan
menjalankan latihan dengan sungguh-sungguh, dari materi yang telah dibahas
dipadukan dengan berbagai pengalaman, sehingga terlihat sungguh-sungguh. Mudah
– mudahan kedepan latihan seperti ini akan terus berlanjut”. Jelasnya.
Sementara itu Dunguspurlatim mengatakan bahwa
latihan seperti itu sudah beberapa kali dilakukan dalam tahun-tahun sebelumnya,
sehingga latihan ini merupakan pemantapan yang memadukan teori dan pengalaman antar
anggota pasokan katak TNI AL dengan US Navy Seal yang ditunjang dengan
peralatan berteknologi tinggi. Selain itu juga dikarenakan kesigapan para
anggota kelompok dalam mengambil keputusan yang tepat, tepat dan sempurna yang
menjadi kunci utama dalam keberhasilan misi atau operasi tersebut.
PEMBAHASAN
Dari contoh kasus diatas kita dapat melihat bahwa
pasukan Kopaska sebagai salah satu pasukan elit TNI AL telah berhasil
menunjukkan profesionalisme mereka dalam menjalankan tugas yang mereka emban.
Namun, keberhasilan ini tentunya tidak semata-mata karena salah satu dari
kepandaian dan kecerdasan seorang anggota saja, akan tetapi berkat peranan
semua orang dalam satu tim atau kelompok. Untuk membentuk satu time lit seperti
Kopaska yang mempunyai tanggung jawab besar seperti ini tentunya tidaklah
mudah. Dari banyak karakter, visi, misi maupun pandangan yang berbeda mereka
dipersatukan dalam satu tim yang mempunyai tugas pokok yang sangat berat,
diantaranya : Reconnaisace, Beach coercing, Salvage Combat dan raids.
Selain dituntut untuk bisa bekerjasama yang baik
antar anggotanya juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat,
tepat dan benar. Hal ini bertujuan agar
setiap misi dan operasi – operasi militer maupun non militer yang mereka
jalankan dapat berjalan dengan baik. Pengambilan keputusan yang cepat, tepat
dan benar juga diperlukan untuk semua
anggota TNI AL bukan semata untuk Kopaska. Pengambilan keputusan ini nantinya
akan berdampak bagi penyelesaian masalah yang dihadapi.
Proses pengambilan keputusan tersebut dapat dilaksanakan
oleh diri sendiri sebagai decision maker secara
pribadi ataupun dapat diambil melalui sebuah proses pengambilan keputusan dalam
sebuah kelompok.
Ada beberapa alasan yang menjadi sebab mengapa suatu
keputusan biasanya diambil secara kelompok, yaitu ;
Ø Keterbatasan
dari kemampuan manusia sebagai seorang individu
Ø Efektivitas
para pelaksana keputusan yang dibuat tergantung pada seberapa jauh mereka
(pelaksana keputusan) menerima keputusan tersebut
Selain itu ada beberapa tugas lain yang diemban para
decision maker ( pengambil keputusan
) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah :
·
Menganalisis situasi
yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab timbulnya
masalah
·
Mengidentifikasi
komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria
dan situasi masa depan.
·
Mengevaluasi beberapa
alternative yang ada
·
Memilih alternative
yang terbaik
·
Mewaspadai akan
kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan tersebut
diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.
Beberapa kebaikan atau nilai lebih yang dapat
diperoleh dalam mengambil keputusan secara kelompok, antara lain ;
v Kelompok
mungkin saja dapat mengambil keputusan yang lebih baik dari individu
v Kelompok
akan lebih selektif dalam pelaksanaan keputusan
apabila para anggotanya turut
serta berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
v Partisipasi
anggota dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu tehnik yang
sangat bermanfaat dalam proses pelatihan dan pengembangan wawasan bawahan.
Akan tetapi pengambilan keputusan secara kelompok
pun masih mempunyai beberapa kelemahan – kelemahan yang biasanya muncul.
Berikut adalah beberapa kelemahan – kelemahan yang biasa muncul dalam proses
pengambilan keputusan secara kelompok;
ü Pengambilan
keputusan secara kelompok cenderung memakan banyak waktu dan biaya apabila
dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara individu atau perorangan.
ü Pembuatan
keputusan secara kelompok kadang – kadang membuat keputusan yang tidak searah
dengan tujuan – tujuan unit organisasi yang lebih tinggi.
ü Anggota
– anggota dari organisasi mungkin mempunyai kesimpulan bahwa mereka akan selalu
diikut sertakan dalam setiap pengambilan keputusan.
ü Adanya
suatu ketidakpastian diantara anggota kelompok dapat menyebabkan kelompok
tersebut tidak mau membuat atau mengambil keputusan sehingga akan menunda
penyelesaian masalah dan dapat menimbulkan perasaan tidak enak terhadap semua
anggota.
- Pedoman
dalam menentukan penggunaan Kelompok Keputusan
Dalam menggunakan kelompok, ada
beberapa pedoman yang dapat dipakai oleh para anggota kelompok sehingga
keputusan yang dihasilkan akan dapat diterima oleh seluruh anggota. Beberapa
pedoman yang dapat dipergunakan :
1. Kapan
dibutuhkan keterlibatan orang lain dalam pengambilan keputusan ?
Ø Bila
ternyata kehadiran orang lain dapat meningkatkan ketersediaan dan pengolahan
informasi dalam upaya peningkatan mutu keputusan.
Ø Bila
kesediaan untuk menerima keputusan merupakan hal utama.
Ø Bila
keputusan merupakan sesuatu yang tidak popular serta keterlibatan seseorang (
bawahan ) dapat menyebabkan rusaknya hubungan dia dengan rekan sejawat, maka
bawahan tersebut tidak perlu dilibatkan proses pembuatan keputusan.
2. Kapan
staf ahli diperlukan atau diikutsertakan dalam pembuatan keputusan secara kelompok
:
Ø Bila
situasi keputusan tidak terstruktur dan interaksi diantara para staf ahli
muungkin dapat menjadikan lebih terstruktur.
Ø Bila
keterlibatan para staf ahli dapat meningkatkan motivasi dan meminimalisasi waktu / biaya yng
digunakan.
Seorang pimpinan yang membentuk kelompok untuk
membantunya dalam mengambil suatu keputusan, mempunyai tanggung jawab akhir
dalam melaksanakan fungsi manajemen suatu organisasi ( planning, organizing,
staffing, directing, controlling ) bagi kelompok tersebut.
3. Kemudian
kapankah seseorang pimpinan atau atasan yang membentuk kelompok tersebut harus
melibatkan diri dalam kelompok hasil bentukkanya itu ?
Seorang pimpinan harus melibatkan diri kedalam
kelompok ketika :
Ø Tidak
ada lagi orang yang mampu memberikan kepemimpinan yang kuat bagi kelompok.
Misalny situasi dimana terdapat banyak konflik dan tidak ada yang mampu
mengatasinya.
Ø Bila
kelompok selalu memerlukan informasi yang hanya dapat dipenuhi oleh unsure
pimpinan itu sendiri.
KESIMPULAN
Keberhasilan
dalam suatu kelompok tidak hanya semata – mata karena kepandaian ataupun
kecerdasan salah satu anggota kelompok saja, tetapi keberhasilan tersebut dapat
tercipta berkat peranan semua anggota dalam suatu kelompok. Selain dituntut
untuk bisa bekerjasama yang baik, antar anggotanya juga dituntut untuk dapat
mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan benar.
Beberapa
tugas yang diemban para decision maker (
pengambil keputusan ) yang tergabung dalam kelompok pengambil keputusan adalah
:
Ø Menganalisis
situasi yang meliputi identifikasi masalah dan mendiagnosa sebab – sebab
timbulnya masalah
Ø Mengidentifikasi
komponen dan situasi keputusan yang meliputi identifikasi alternative, criteria
dan situasi masa depan.
Ø Mengevaluasi
beberapa alternative yang ada
Ø Memilih
alternative yang terbaik
Ø Mewaspadai
akan kemungkinan munculnya beberapa persoalan yang timbul setelah keputusan
tersebut diambil, sekaligus sebagai usaha mengamankan keputusan tersebut.
Jadi, aplikasi psikologi social dalam bidang militer
itu sangat penting. Salah satu contohnya yaitu seperti yang telah dibahas
mengenai kelompok social dan pembuatan keputusan dalam lingkup kemiliteran.