Saturday 15 February 2014

wayang dan hidupnya

teringat akan lakon "Wahyu Makutharama" dimana perpecahan sodara kurawa dengan pandawa kembali menyegarkan ingatan. perebutan sebuah "wahyu" yang ternyata merupakan elemen hastabrata. nafsu duniawi yang dilambangkan dg kurawa, senantiasa menjadi pemicu id yang katanya om freud itu kebutuhan yang HARUS dipenuhi. sedangkan pandawa yang melambangkan norma kebaikan dan kepatuhan senantiasa memberi perlawanan utk kebaikan. tapi seringkali kita menilai dari covernya saja, membaca Headline news dari sekedar judul saja. dibalik pandawa yang baik tersirat "abdi" yang terkenaal dengan "gara-gara"nya, sebagai hiburan, selingan itulah yang seringkali kita tahu ttg punakawan, ya semacam kasus yang yang lucu di negeri inilah.
pada dasarnya merekalah yang memberikan dasar tatakrama pada pandawa hingga mereka bisa menjadi seperti itu. punakawan yang hobi kritis pada hal yang diluar norma senantiasa cerdaas menilai dan melakukan cara utk menyindir dengan banyolan tentunya. tapi siapa sangka dibalik itu semua mereka adalah dewa yang dikutuk.

ya begitulah sebenarnya cerita, tokh dalam wayang merupakan pergolakan kisah, jiwa, kehidupan, perilaku manusia.
dalam pahitnya kopi senantiasa manisnya gula terasa hampar, menjadi baik itu tak harus diperlihatkan dengan pamer dan sombong.
setidaknya itulah yang diajarkan punakawan yang senantiasa menyamarkan "kebijakasanaan, kecerdasan" dengan banyolan mereka

No comments: