Tuesday 14 January 2014

Penyebab Diskalkulia

Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Mungkin disebabkan karena trauma dari pelajaran matematika, bisa dari sistem pengajaran di sekolah atau di rumah.
 
Adapun gejala lain yang timbul pada anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
·         Sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung jumlah uang kembalian. Lambat laun anak akan takut memegang uang atau menghindari transaksi.
·         Kesulitan menggunakan konsep waktu, anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
·         Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika. 

Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner (1981) adalah kekurang pahaman anak mengenai:
·        Simbol Anak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + …= 7, daripada soal seperti 4 + 3 = … Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol (=), (≠), (+), (-).

·        Nilai tempat Anak yang diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dst.
·         Penggunaan proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada cuntoh berikut: 6 15 2 x 3 - 8 18
·        
     Perhitungan
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
Tulisan yang tidak dapat dibaca Anak yang tidak biasa membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Biasanya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.

No comments: