Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses
penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau
permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti
pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa
jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika.
Mungkin disebabkan karena trauma dari pelajaran matematika, bisa dari sistem
pengajaran di sekolah atau di rumah.
Adapun gejala lain yang timbul pada anak yang mengalami
diskalkulia, antara lain:
·
Sulit
melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung jumlah uang kembalian. Lambat
laun anak akan takut memegang uang atau menghindari transaksi.
·
Kesulitan
menggunakan konsep waktu, anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa
sekarang.
·
Ketika
pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika.
Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner (1981)
adalah kekurang pahaman anak mengenai:
·
Simbol
Anak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal
seperti 4 + …= 7, daripada soal seperti 4 + 3 = … Kesulitan semacam ini umumnya
karena anak tidak memahami simbol-simbol (=), (≠), (+), (-).
· Nilai
tempat Anak yang diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan,
puluhan, ratusan, dst.
·
Penggunaan
proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat
pada cuntoh berikut: 6 15 2 x 3 - 8 18
·
Perhitungan
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
Tulisan
yang tidak dapat dibaca Anak yang tidak biasa membaca tulisannya sendiri karena
bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Biasanya
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan
dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes
inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes
coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil
diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus
ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.
No comments:
Post a Comment